Kompetensi : Mengelas Tingkat Lanjut dengan Proses Las
Busur Manual
Kode Kompetensi : M5.16A
Unit Kompetensi : Menyiapkan material untuk pengelasan
Indikator :
1.
Gambar dan simbol las dipahami dengan baik
2.
Teknik Pengoperasian alat utama, alat bantu dan alat
keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan
3.
Jenis bahan/material untuk pengelasan dipahami dengan
benar
4.
Teknik menyiapkan material sesuai kriteria yang
disyaratkan
5.
Posisi penempatan material pada meja kerja sesuai
permintaan/spesifikasi
PENJELASAN
1. Gambar dan Simbol Las Dipahami dengan Baik
Gambar dan simbol las wajib dipahami oleh seorang juru
las (welder). Juru las dalam kegiatan kerjanya harus mengacu pada ketentuan
yang telah diatur pada gambar atau bagan konstruksi. Jika hal ini tidak
dilakukan maka dampak yang mengiringinya adalah sangat besar, misal :
terjadinya kesalahan konstruksi yang mengakibatkan gagal produk dan tidak dapat
digunakan. Kesalahan dalam hal proses yang mengakibatkan terjadinya cacat pada
hasil pengelasan. Contoh gambar dan simbol las dapat ditunjukkan di bawah ini :
Berdasarkan gambar dan simbol las di atas, seorang welder harus mampu menterjelahkan dalam bahasa pekerjaan (teknis) apa yang dimaksud dari gambar tersebut. Dengan demikian welder akan dapat mempersiapakan segala sesuatunya untuk proses pengelasan. Arti dari gambar dan symbol di atas adalah : Pekerjaan pengelasan pipa menggunakan proses las SMAW, pipa ditempatkan pada meja las posisi miring 45 derajat, kampuh pengelasan yang harus disiapkan adalah menggunakan kampuh V, dengan ketentuan :
Proses pengelasan dilakukan dari bawah ke atas, benda yang dilas diam (tidak boleh dipindah atau diputar) dilepas dari tempatnya, hasil pengelasan cembung dan pengujian hasil lasan dilakukan secara visual (visual test). Hasil dari pengelasan tersebut seperti berikut :
2. Teknik pengoperasian alat utama, alat bantu dan alat keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan
Berdasarkan gambar dan simbol las di atas, seorang welder harus mampu menterjelahkan dalam bahasa pekerjaan (teknis) apa yang dimaksud dari gambar tersebut. Dengan demikian welder akan dapat mempersiapakan segala sesuatunya untuk proses pengelasan. Arti dari gambar dan symbol di atas adalah : Pekerjaan pengelasan pipa menggunakan proses las SMAW, pipa ditempatkan pada meja las posisi miring 45 derajat, kampuh pengelasan yang harus disiapkan adalah menggunakan kampuh V, dengan ketentuan :
Proses pengelasan dilakukan dari bawah ke atas, benda yang dilas diam (tidak boleh dipindah atau diputar) dilepas dari tempatnya, hasil pengelasan cembung dan pengujian hasil lasan dilakukan secara visual (visual test). Hasil dari pengelasan tersebut seperti berikut :
2. Teknik pengoperasian alat utama, alat bantu dan alat keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan
Alat-alat las SMAW dibedakan menjadi 3 kelompok,
1.
alat utama
2.
alat bantu dan
3.
alat keselamatan kerja
Alat utama las SMAW yaitu :
·
Kabel tenaga
·
Trafo las (generator)
·
Kabel massa
·
Kabel elektroda
·
Pemegang elektroda
·
Penjepit massa
Alat batu las SMAW antara lain :
·
Meja las
·
Palu terak
·
Palu konde
·
Gerinda tangan
·
Mistar baja
·
Sikat baja
·
Ragum
·
Kikir
·
Penjepit benda kerja
alat keselamatan kerja las antara lain :
·
Kaca las hitam
·
Kaca las putih
·
Apron (pelindung dada)
·
Baju kerja
·
Sarung tangan
·
Sepatu kulit kapasitas 2ton
·
Masker
Alat utama las busur manual dalam pengoperasiannya
harus sesuai SOP yang berlaku.
1. Kabel tenaga
Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal
disesuaikan dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan
input trafo las. Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis
kawatnya (serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstall harus kuat dan tidak
mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak panas.
2. Trafo las
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus
dipertimbangkan tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan
kepada trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah
pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau
1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan
digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam
hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere
yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A. langkah
berikutnya gunakan tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus pengelasan
pada indikator dengan kenyataannya yang terlihat pada tang ampere. Jenis trafo
las juga perlu dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini terkait dengan
jenis elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi electrode, pilihlah
trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus dilihat
instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan
kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau basah. setelah
diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga di on kan,
selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel
elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. atur arus pengelasan yang
dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan
telah selesai, trafo las dimatikan kembali.
3. Kabel elektroda dan kabel massa
Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan
kabel serabut sehingga lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum
trafo las (lihat ketentuan pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel
massa harus terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan trafo las agar aliran
arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator ampere
pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan
harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan
saling berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus pengelasan akan
maksimal. Jika sudah tidak dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung
dan diletakkan dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam penggunaan
di waktu yang lain.
4. Pemegang elektroda dan penjepit massa
Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari
bahan yang mudah menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah
tembaha. Pada pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa
sehingga memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam
penggunaannya elektroda harus ditempat pada sela-sela yang ada, dapat
diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45 derajat terhadap
pemegang elektroda. Sedang pada penjepit m`ssa dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja. Penjepit elektroda maupun
penjepit massa tidak diperkenankan terkena busur las. Pada penjepit elektroda,
penggunaan elektroda disisakan 1 inch sehingga tidak sampai habis menyentuh
pemegang elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi
tempat mencopa elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda
kerja ditempatkan pada dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran
listrik dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.
Alat-alat bantu las
Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar
sesuai fungsinya dan dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara
penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak saling
bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain.
1. Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja
pada posisi yang dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan
tidak mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan.
Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan dilakukan
di meja las.
2. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari
hasil pengelasan. Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka
pada hasil pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan
adalah merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek
ketajamannya dan kondisinya. apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan dengan
menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu terak pada
tempatnya secara rapi.
3. Palu konde
Palu konde secara standar yang digunakan adalah
berkapasitas 2 kg. penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan,
meratakan permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk
sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. atau
ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu konde juga harus
dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus tertata
rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya.
4. Gerinda tangan
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material
yang akan di las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk
membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di
sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini
juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang memerlukan
penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi.
Dalam penggunaannya :
Periksa kabel gerinda apakah ada yang terkelupas atau
tidak, jika ada segera diisolasi agar operator tidak tersengat listrik.
Pastikan saklar dalam kondisi OFF sebelum kabel dihubungkan pada sumber
listrik. Pastikan batu gerinda terpasang dengan kuat dan tepat dan kemudian
peganglah geridan pada tangkai gerinda dengan kuat. Hubungkan kabel gerinda
pada listrik dan kemudian hidupkan dengan menekan tombol ON. Gunakan kaca mata
putih saat menggerinda. Setelah selesai saklar OFF dan lepas kembali kabel dari
sumber arus. Gulung kabel sedemikian rupa dan simpanlah pada tempatnya dengan
aman dan tidak saling bertindih dengan alat lain.
Alat keselamatan kerja las
Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk
digunakan. Penggunaan alat keselamatan kerja las ini akan memberikan jamiman
keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil lasan.
Helm Las sarung tangan lasApron (pelindung dada)
Sepatu kerja (kapasitas 2ton)Alat keselamatan kerja
lengkap
macam-macam alat keselamatan kerja las antara lain:
1. Pakaian kerja
Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa
nyaman dalam bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat
mengotori pakaiannya. di samping itu pula dengan menggunakan pakaian kerja juru
las memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya. pakaian kerja
dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. pakaian kerja jurulas dibuat
lengan panjang dan bercelana panjang.
2. Helm las/topeng las
Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka
dari sinar las (sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan
bunga api las. apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar
dan sel-sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las tertentu didesain
dilengkapi dengan masker hidung, yang fungsinya adalah melindungi diri dari
asap las dan debu pengelasan. asap las dan debu ini akan mengganggu pernapasan
dan dapat mengakipatkan penyakit paru-paru (pernapasan) serta ginjal.
3. Kaca las
Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang
menyilaukan, sinar ultra violet, dan infra red. nyala-nyala ini akan mampu
merusak penglihatan mata juru las, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.
pemilihan kaca las disesuaikan dengan besar kecilnya arus pengelasan yang
digunakan juru las (lihat tabel) pada buku-buku referensi pengelasan. contohnya
adalah untuk pengelasan sampai 150 ampere menggunakan kaca las NO 10.
4.Apron (pelindung dada)
Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra
violet, infra red, percikan bunga api las dan panas pengelasan. pelindung dada
ini terbuat dari kulit yang lentur.
5. Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari
sengatan listrik, panas lasan, dan bend-benda yang tajam.
6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton
sepatu ini terbuat dari kulit yang pada ujungnya
terjadap logam pelindung dengan kapasitas 2ton. sepatu ini akan melindungi juru
las dari sengatan listrik, kejatuhan benda, benda-benda yang panas dan
benda-benda yang tajam.
3. Jenis bahan/material untuk pengelasan dipahami
dengan benar
Seorang juru las harus memahami jenis bahan/material
yang akan di las. Apakah bahan tersebut mengandung besi (bahan ferro) ataukah
bahan tersebut adalah bahan yang tidak mengandung besi (bahan non ferro). Di
samping itu pula, seorang juru las harus memperhatikan apakah bahan tersebut
bahan paduan ataukah bahan murni.
Dengan mengetahui jenis bahan dan paduannya, maka akan
dapat menentukan bagaimana proses pengelasan dilakukan, baik persiapan,
pelaksanaan/proses, maupun finishing.
Pada tahap persiapan, akan ditetapkan proses las yang
digunakan (SMAW, GTAW, GMAW, OAW, SAW) berikut gas pelindungnya, jenis
elektroda yang digunakan, adanya pre heating/post heating, jenis polaritas yang
digunakan (AC/DC+/DC-), besar kecilnya arus pengelasan, jenis nyala las untuk
OAW atau tindakan-tindakan lain sehingga mengasilkan pengelasan yang baik yang
memiliki kekuatan mekanis, kimiawi, maupun yang lainnya relatif sama dengan
bahan dasar yang dilas. Pada proses pengelasan. Hasil dari pengelasan yang baik
ini akan memberikan jaminan bagi pengguna/lingkungan akan keselamatan
kerja dan umur konstruksi.
Ihtisar bahan teknik dapat dilihat pada bagan berikut.
Bahan-bahan di atas akan sangat baik jika dilakukan
pengelasan dengan bahan tambah yang memiliki sifat kimia maupun mekanik yang
sama dengan bahan dasarnya.
Pemilihan jenis mesin las, polaritas, besar kecilnya
arus pengelasan, jenis nyala las untuk las OAW dan pengadaan pre heating dan
post heating akan mempengaruhi sifat-sifat kimia maupun mekanis dari bahan
tersebut. Untuk itu perlu ada referensi pengaruh hal-hal tersebut di atas
terhadap hasil lasan, terutama pengaruh kalor terhadap struktur logam dan
sifat-sifatnya.
4. Teknik menyiapkan material sesuai kriteria yang
disyaratkan
Meterial untuk pengelasan harus disiapkan dengan
sebaik mungkin sebelum dilakukan pengelasan. Persiapan pengelasan yang baik 80%
akan memberikan jaminan keberhasilan dalam pengelasan.
Hal-hal yang dapat terjadi jika penyiapan material
tidak baik yaitu :
·
penetrasi tidak baik (terjadi penetrasi yang
berlebihan) karena root face terlalu tipis, root gap terlalu lebar; atau (tidak
terjadi penetrasi) karena root face terlalu tebal, dan root gap terlalu sempit.
·
Penyempitan jalur pengelasan (akibat las cacat yang
tidak kuat)
·
misaligment (ketidakrataan benda kerja) karena
penempatan material sebelum di las cacat tidak rata/sejajar.
·
distorsi (perubahan bentuk) karena pengaruh panas
·
porosity (karena benda tidak dibersihkan dari karat
atau bahan lain)
Penyiapan material harus disesuaikan dengan WPS
(Welder Prosedure Spesification) atau gambar kerja yang digunakan. WPS adalah
sebuah prosedur standar persiapan material yang dirancang sedemikian rupa
melalui pengujian-pengujian di laboratorium dan dilas oleh juru las yang
profesional. pengujian-pengujian tersebut dapat berupa Radiography test, Bend
Test, uji tarik atau bahkan structure/micro.
Contoh penyiapan benda kerja adalah sebagai berikut :
hasil yang ingin dicapai
penyiapannya adalah:
material pertama (sisi samping) dibersihkan dari karat
atau bahan lain.
material kedua sisi yang berhubungan digerinda rata
sehingga pada saat dihubungkan dan ketika diterawang tidak terdapat celah di
antaranya.
Jika di antara benda tersebut masih terdapat celah,
maka akan mengakibatkan penetrasi yang tidak baik . Jika diuji etsa, pada
bagian celah tersebut tidak akan terjadi fusi atau tidak terjadi perpaduan
logam tambah dengan material las, tetapi pada bagian tersebut akan terisi oleh
terak dan disebut cacat slack inclution (terak terperangkap). karena bagian
tersebut terisi terak (bukan logam) maka pada bagian tersebut akan menjadi
titik lemah dari konstruksi.
5. Posisi penempatan material pada meja kerja sesuai
permintaan/spesifikasi
Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan,
dalam hal ini adalah menyesuaikan posisi pengelasan. Penempatannya apakah
posisi
·
1F, 2F, 3F, 4F, 5F, 6F
·
1G, 2G, 3G, 4G plate
·
1G, 2G, 5G, 6G, 6GR (pipa)
contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut
:
fillet joint (T-joint)
butt joint
Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa diputar dan pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas material.
Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa
Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali dari bagian bawah terus melingkan berhenti di pipa bagian atas pada sisi sebelahnya. pada sisi lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah terus melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini disebut dengan posisi pengelasan 5G up Hill.
Posisi pengelasan di atas adalah posisi 6G. pemasangan
pipa dimiringkan 45 derajat terhadap sumbu horizontal. pengelasan dilakukan
dari pipa bagian bawah terus melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas.
dilanjutkan dengan pengelasan sebaliknya diawali dari bawah dan terus melingkar
berhenti di bagian atas. Cara pengelasan seperti ini disebut 6G up hill.
Angka-angka pada posisi-posisi pengelasan tersebut di
atas menunjukkan tingkatan-tingkatan posisi pengelasan. Angka yang semakin
tinggi berarti menujukkan kwalifikasi yang tinggi pula.
Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan
kwalifikasi juru las yang berhak mengelasnya. jika juru las memiliki sertifikat
kwalifikasi 6G, maka juru las tersebut diperbolehkan untuk mengelas semua
posisi. Tetapi jika juru las tersebut memiliki sertifikat 4G plate, maka juru
las tersebut tidak boleh menglas pipa posisi apapun, tetapi bileh mengelas
posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F maupun 1G, 2G, 3G dan 4G.
Posting Komentar